Nyepi
Apa Sebenarnya Makna Nyepi??
Hari Raya Nyepi merupakan peringatan Tahun Baru Saka yang pada tahun ini merupakan tahun Saka 1929. Pada Kalender masehi Nyepi jatuh pada hari Senin 19 Maret 2007. Sehari sebelum Hari Raya Nyepi dilaksanakan Tawur Kesanga. Tawur Kesanga disusul catur brata penyepian yang intinya melakukan pengendalian diri. Di sini, umat Hindu diwajibkan melakukan amati geni (tak menyalakan api, serta mengendalikan api di dalam tubuh), amati karya (menghentikan segala aktivitas kerja), amati lelungan (tak bepergian) dan amati lelanguan (tak menikmati hiburan).
Amati geni, bukan semata tak menyalakan api dan listrik PLN di sekala. Lebih jauh dari itu, juga umat Hindu dituntut belajar mengendalikan api di dalam tubuh manusia, seperti api amarah (emosi), api nafsu dan sejenisnya. Jika dalam kehidupan kita tak mampu mengendalikan api di dalam tubuh kita (mikrokosmos) tetapi dibiarkan dikobarkan akan bisa merugikan atau merusak diri sendiri. Emosi atau api amarah yang tak terkendali bisa menimbulkan perkelahian, dalam skala besar bisa menimbulkan peperangan. Api nafsu birahi yang diumbar bisa menyebabkan kesengsaraan, baik di dunia maupun di alam setelah mati. Api di dalam tubuh tak perlu dipadamkan, tetapi harus dikendalikan.
Begitu halnya amati karya, tak semata sehari itu berhenti melakukan aktivitas kerja lalu kegiatan diisi dengan main kartu. Di sini hendaknya dihindari perbuatan negatif, seperti madat (tak merokok dan menggunakan narkoba), minum miras (mabuk), madon (mamitra), maling (mencuri) dan mamotoh (tak berjudi). Namun, maknanya yang perlu kita laksanakan yakni menyepikan diri, justru diisi kegiatan spiritual, seperti bermeditasi, merenungi diri apa berbuatan salah (tak terpuji) dilakukan setahun ini.
Berikutnya, merenung untuk berlaku yang baik. Tak bepergian, sehingga juga tak ada aktivitas kendaraan bermotor, bisa mengakibatkan pengiritan dan lebih dari itu menyepikan dunia sehingga sehari itu terhindar dari polusi udara akibat gas buangan BBM. Saat catur brata penyepian yang digelar usai melasti bermakna ngiring pratima sebagai pelinggih Batara ke laut melebur kekotoran, lalu angamet (mengambil) tirta amerta di tengah laut (samudera). Tirta itu dipercikkan ke parahyangan, pawongan dan palemahan, sehingga tercipta kesucian dan kesejahteraan di alam ini.
Saat itu kita merenung kembali ke titik nol, kosong dan keesokan harinya ngembak geni, kembali ada aktivitas makrokosmos dan mikrokosmos, dengan keadaan yang lebih baik, lebih baru dari setahun sebelumnya. Itu tekad dan tatwa dari pelaksanaan rangkaian hari raya Nyepi. Soal bagaimana pelaksanaannya, tergantung kita. Apakah mampu ataukah tidak. Orang bijaksana telah mengatakan, tak cukup cuma dengan upakara bebantenan, tetapi yang terpenting bagaimana kita dituntut mampu melaksanakan praktik dari ajaran agama itu.
Hari Raya Nyepi merupakan peringatan Tahun Baru Saka yang pada tahun ini merupakan tahun Saka 1929. Pada Kalender masehi Nyepi jatuh pada hari Senin 19 Maret 2007. Sehari sebelum Hari Raya Nyepi dilaksanakan Tawur Kesanga. Tawur Kesanga disusul catur brata penyepian yang intinya melakukan pengendalian diri. Di sini, umat Hindu diwajibkan melakukan amati geni (tak menyalakan api, serta mengendalikan api di dalam tubuh), amati karya (menghentikan segala aktivitas kerja), amati lelungan (tak bepergian) dan amati lelanguan (tak menikmati hiburan).
Amati geni, bukan semata tak menyalakan api dan listrik PLN di sekala. Lebih jauh dari itu, juga umat Hindu dituntut belajar mengendalikan api di dalam tubuh manusia, seperti api amarah (emosi), api nafsu dan sejenisnya. Jika dalam kehidupan kita tak mampu mengendalikan api di dalam tubuh kita (mikrokosmos) tetapi dibiarkan dikobarkan akan bisa merugikan atau merusak diri sendiri. Emosi atau api amarah yang tak terkendali bisa menimbulkan perkelahian, dalam skala besar bisa menimbulkan peperangan. Api nafsu birahi yang diumbar bisa menyebabkan kesengsaraan, baik di dunia maupun di alam setelah mati. Api di dalam tubuh tak perlu dipadamkan, tetapi harus dikendalikan.
Begitu halnya amati karya, tak semata sehari itu berhenti melakukan aktivitas kerja lalu kegiatan diisi dengan main kartu. Di sini hendaknya dihindari perbuatan negatif, seperti madat (tak merokok dan menggunakan narkoba), minum miras (mabuk), madon (mamitra), maling (mencuri) dan mamotoh (tak berjudi). Namun, maknanya yang perlu kita laksanakan yakni menyepikan diri, justru diisi kegiatan spiritual, seperti bermeditasi, merenungi diri apa berbuatan salah (tak terpuji) dilakukan setahun ini.
Berikutnya, merenung untuk berlaku yang baik. Tak bepergian, sehingga juga tak ada aktivitas kendaraan bermotor, bisa mengakibatkan pengiritan dan lebih dari itu menyepikan dunia sehingga sehari itu terhindar dari polusi udara akibat gas buangan BBM. Saat catur brata penyepian yang digelar usai melasti bermakna ngiring pratima sebagai pelinggih Batara ke laut melebur kekotoran, lalu angamet (mengambil) tirta amerta di tengah laut (samudera). Tirta itu dipercikkan ke parahyangan, pawongan dan palemahan, sehingga tercipta kesucian dan kesejahteraan di alam ini.
Saat itu kita merenung kembali ke titik nol, kosong dan keesokan harinya ngembak geni, kembali ada aktivitas makrokosmos dan mikrokosmos, dengan keadaan yang lebih baik, lebih baru dari setahun sebelumnya. Itu tekad dan tatwa dari pelaksanaan rangkaian hari raya Nyepi. Soal bagaimana pelaksanaannya, tergantung kita. Apakah mampu ataukah tidak. Orang bijaksana telah mengatakan, tak cukup cuma dengan upakara bebantenan, tetapi yang terpenting bagaimana kita dituntut mampu melaksanakan praktik dari ajaran agama itu.
0 Comments:
Post a Comment
<< Home