INGUH "Jasri Communities"

PEACE, LOVE, FRIENDSHIP AND ALCOHOL!!!!


| Sepak Bola | | Komputer | | Artikel | | Wisata| | About Inguh|

Friday, March 16, 2007

Tradisi Nyepi Di Desa Jasri

Ter-teran

Ada yang unik dari desa ini dimana setiap dua tahun sekali perayaan Nyepi digelar upacara khusus yang tidak dijumpai di Desa lainnya. Namun rangkaian hari raya Nyepi di Desa ini layaknya umat Hindu lainnya. Dua hari sebelum melaksanakan Catur Bratha Umat melaksanakan upacara Mekiis atau Melasti tujuannya untuk menyucikan kembali Bhuana Agung dan Bhuana Alit.

Esoknya digelar upacara ngesanga dimana umat melaksanakan persembahyangan layaknya hari raya Galungan dan Kuningan namun ada hal unik yang membedakan dari hari raya lainnya yaitu selesai maturan dilanjutkan dengan ''natab ketipat''. Bila saat Galungan mereka ''natab jerimpen'', atau Kuningan ''natab semayut sulangi'', saat ''ngesanga'' mereka ''natab ketipat''. Di sinilah uniknya, ketipat yang ditatab disesuaikan dengan ''pengurip-urip'' panca wara kelahirannya. Bila mereka lahir dengan panca wara manis, maka jumlah ketipat yang ditatab sebanyak lima biji, keliwon (8), paing (9), wage (4) dan mereka yang lahir pon, ketipatnya sebanyak tujuh.

Pada saat pengrupukan, pagi harinya di Pura Desa digelar upacara pemotongan hewan caru dimana hewan yang dijadikan caru adalah seekor sapi yang nantinya akan dilebar pecaruan sandia kala di pantai Jasri.

Saat sandia kala pangerupukan digelar pecaruan diringi dengan tradisi khas ter-teran. Ter-teran yakni tradisi perang api. Di mana menjelang petang setelah krama pulang dari ngelebar banten caru di pantai Jasri, digelar perang api. Ratusan obor atau prakpak dari bahan danyuh (daun kelapa kering) diikat dan disulutkan ke api, dipakai senjata. Bobok itu dipakai saling melempar antardua kelompok, pemangku yang sebelumnya ngantebang banten caru ke segara juga tak luput dari serangan obor. Hal itu juga bermakna menahan atau mengusir wong bedolot yang mengikuti krama datang dari ngelebar banten pecaruan di pantai.

Filsafatnya di antaranya mengandung praktik pengendalian diri. Meskipun terkena api karena dilempari akibat saling lempar tak ada yang boleh emosi. Saat ter-teran (perang api) itu juga mengandung makna agar tiap orang/umat selalu waspada. Jika tidak waspada dan tak cepat menghindari bahaya, akan terkena lemparan api teman. Meski terkena api, jarang yang sampai menjadi luka bakar. Usai upacara tak ada yang boleh memandam amarah atau dendam.

Nyepi

Apa Sebenarnya Makna Nyepi??

Hari Raya Nyepi merupakan peringatan Tahun Baru Saka yang pada tahun ini merupakan tahun Saka 1929. Pada Kalender masehi Nyepi jatuh pada hari Senin 19 Maret 2007. Sehari sebelum Hari Raya Nyepi dilaksanakan Tawur Kesanga. Tawur Kesanga disusul catur brata penyepian yang intinya melakukan pengendalian diri. Di sini, umat Hindu diwajibkan melakukan amati geni (tak menyalakan api, serta mengendalikan api di dalam tubuh), amati karya (menghentikan segala aktivitas kerja), amati lelungan (tak bepergian) dan amati lelanguan (tak menikmati hiburan).

Amati geni, bukan semata tak menyalakan api dan listrik PLN di sekala. Lebih jauh dari itu, juga umat Hindu dituntut belajar mengendalikan api di dalam tubuh manusia, seperti api amarah (emosi), api nafsu dan sejenisnya. Jika dalam kehidupan kita tak mampu mengendalikan api di dalam tubuh kita (mikrokosmos) tetapi dibiarkan dikobarkan akan bisa merugikan atau merusak diri sendiri. Emosi atau api amarah yang tak terkendali bisa menimbulkan perkelahian, dalam skala besar bisa menimbulkan peperangan. Api nafsu birahi yang diumbar bisa menyebabkan kesengsaraan, baik di dunia maupun di alam setelah mati. Api di dalam tubuh tak perlu dipadamkan, tetapi harus dikendalikan.

Begitu halnya amati karya, tak semata sehari itu berhenti melakukan aktivitas kerja lalu kegiatan diisi dengan main kartu. Di sini hendaknya dihindari perbuatan negatif, seperti madat (tak merokok dan menggunakan narkoba), minum miras (mabuk), madon (mamitra), maling (mencuri) dan mamotoh (tak berjudi). Namun, maknanya yang perlu kita laksanakan yakni menyepikan diri, justru diisi kegiatan spiritual, seperti bermeditasi, merenungi diri apa berbuatan salah (tak terpuji) dilakukan setahun ini.

Berikutnya, merenung untuk berlaku yang baik. Tak bepergian, sehingga juga tak ada aktivitas kendaraan bermotor, bisa mengakibatkan pengiritan dan lebih dari itu menyepikan dunia sehingga sehari itu terhindar dari polusi udara akibat gas buangan BBM. Saat catur brata penyepian yang digelar usai melasti bermakna ngiring pratima sebagai pelinggih Batara ke laut melebur kekotoran, lalu angamet (mengambil) tirta amerta di tengah laut (samudera). Tirta itu dipercikkan ke parahyangan, pawongan dan palemahan, sehingga tercipta kesucian dan kesejahteraan di alam ini.

Saat itu kita merenung kembali ke titik nol, kosong dan keesokan harinya ngembak geni, kembali ada aktivitas makrokosmos dan mikrokosmos, dengan keadaan yang lebih baik, lebih baru dari setahun sebelumnya. Itu tekad dan tatwa dari pelaksanaan rangkaian hari raya Nyepi. Soal bagaimana pelaksanaannya, tergantung kita. Apakah mampu ataukah tidak. Orang bijaksana telah mengatakan, tak cukup cuma dengan upakara bebantenan, tetapi yang terpenting bagaimana kita dituntut mampu melaksanakan praktik dari ajaran agama itu.